Jumat, 06 Agustus 2010

desa perangai



desa perangai..mungkin tidak asing lagi bagi para pencinta alam sumsel maupun warga sumatra selatan.desa ini terletak kurang lebih 20 km dari pusat kota Lahat,didesa ini tersimpan berbagai sumberdaya alam flora maupun fauna karena letak geografis nya yaitu daera perbukitan terjal dan menyimpan daya tarik keindahan alam yang dipagar oleh tinginya bukit Barisan,sengaja saya menulis kan tentang daerah ini karena saya sendiri asli dari daerah tersebut,..sedikit banyak pun saya lebih mengetahui keadaan desa perangai ini.
di sepanjang desa perangai di aliri bermacam sungai salah satunya yaitu sungai sehile(serelo) yang bermuara tetap kesungai induk yaitu sungai Lematang yang juga mengalir di sepanjang kota Lahat,di sungai sehile(serelo) ini di gunakan masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ada yang mandi, mencuci baju,mencuci piring dan memancing.
Sungai ini juga di gunakan untuk mengaliri persawahan yang ada di desa perangai,alam di sekitarnya juga masih sangat terjaga.bukit serelo,bukit besak,bukit lepak kajang,bukit kuning menjadi saksi bisu peradaban manusia pada masa lampau...yang masi menyimpan sejuta misteri...seperti cerita masarakat tentang bukit serelo & gunung dempo.diceritakan pada zaman dahulu di bukit serelo bermukimlah seorang juare atau orang sakti pada masa itu yang selalu mengawasi kadaan sekelilingnya agar tidak ada masalah disekitar daerah kekuasaanya yang mana menurut cerita masarakat bukit serelo adalah gunung yg paling tingi pada waktu itu di sumsel,gunung dempo pun memiliki juare ataw orang yg sakti pada waktu itu karena ada nya kesalahpahaman di antara mereka terjadilah perkelahian dari jarak jauh.mereka saling melempari dari bukit serelo ke gunung dempo mengunakan buah kemiling Bungkuk,sehinga terjadi ledakan dan juare bukit serelo pun kalah dari gunung dempo yang akhirnya bukit serelo pun runtuk dan membentuk separti jempol tangan manusia yang menjadi lambang kebanggaan kota Lahat sampai saat ini...

Selasa, 27 Juli 2010

Balai pelatihan Gajah Perangai


Sekolah Gajah ini terletak di Desa Perangai Kabupaten Lahat, lokasinya di kaki Bukit Serelo & bukit besak. Gajah-gajah tersebut dilatih supaya jinak dan dapat membantu pekerjaan manusia seperti mengankut barang-barang dan kayu. Tempat ini merupakan salah satu penangkaran gajah di Indonesia.sekolah gajah ini telah lama di di dirikan kurang lebih sekitar 20 tahun.

jarak lokasi penangkaran ini kurang lebih sekitar satu jam dari pusat kota'yang mana di sepanjang perjalanan pun cukup menyenangkan karena kita dapat melihat pemandangan-pemandangan yang sangat luar biasa'jalan yang akan kita lalui berada tepat di kaki bukit serelo yang menjadi aset besar Kab Lahat,tapi untuk saat ini keindahan alam di sekitar sekolah gajah tersebut benar-benar tidak di kembangkan oleh pemerintah untuk menjadi daerah pariwisata di kab Lahat...

Senin, 26 Juli 2010

cerita singkat asal mula Kab.LAhat


Sekitar tahun1830 pada masa kesultanan Palembang di Kabupaten Lahat telah ada marga, marga-marga ini terbentuk dari sumbai-sumbai dan suku-suku yang ada pada waktu itu seperti : Lematang, Pasemahan, Lintang, Gumai, Tebing Tinggi dan Kikim. Marga merupakan pemerintahan bagi sumbai-sumbai dan suku-suku. Marga inilah merupakan cikal bakal adanya Pemerintah di Kabupaten Lahat.........

Pada masa bangsa Inggris berkuasa di Indonesia, Marga tetap ada dan pada masa penjajahan Belanda sesuai dengan kepentingan Belanda di Indonesia pada waktu itu pemerintahan di Kabupaten Lahat dibagi dalam afdelling (Keresidenan) dan onder afdelling (kewedanan) dari 7 afdelling yang terdapat di Sumatera Selatan, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) afdelling yaitu afdelling Tebing Tinggi dengan 5 (lima) daerah onder afdelling dan afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, Kikim serta Pasemahan dengan 4 onder afdelling. Dengan kata lain pada waktu itu di Kabupaten Lahat terdapat 2 keresidenan. Pada tanggal 20 Mei 1869 afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir,serta Pasemah beribu kota di Lahat dipimpin oleh PP Ducloux dan posisi marga pada saat itu sebagai bagian dari afdelling. Tanggal 20 Mei akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Lahat sesuai dengan Keputusan Gebernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 008/SK/1998 tanggal 6 Januari 1988............

Masuknya tentara Jepang pada tahun 1942, afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah menjadi sidokan dengan pemimpin orang pribumi yang ditunjuk oleh pemerintah militer Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco. Kekalahan Jepang pada tentara sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 dan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1948, Kepres No. 141 Tahun 1950, PP Pengganti UU No. 3 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950. Kabupaten Lahat dipimpin oleh R. Sukarta Marta Atmajaya, kemudian diganti oleh Surya Winata dan Amaludin dan dengan PP No. 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dalam Tingkat I provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Lahat resmi sebagai daerah Tingkat II hingga sekarang dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otda, dan dirubah UU No. 32 Tahun 2004 menjadi Kabupaten Lahat.........

Bukit Serelo terletak di Desa Perangai Kabupaten Lahat, Bukit Serelo merupakan Landmark Kabupaten Lahat. Bukit Serelo disebut juga dengan Gunung Jempol karena bentuknya yang mirip dengan jempol tangan manusia. Pemandangan disekitar sangat mempesona, aliran sungai lematang seakan-akan mengelilingi bukit ini. Bukit serelo merupakan bagian dari gugusan Bukit Barisan yang merupakan barisan bukit terpanjang di Pulau Sumatera.........

Kabupaten Lahat dibagi menjadi lebih dari 19 kecamatan dengan kurang lebih 527 kelurahan/desa (14 kelurahan, 509 desa definitif, 4 desa persiapan).
  1. Jarai
  2. Kikim Barat
  3. Kikim Selatan
  4. Kikim Tengah
  5. Kikim Timur
  6. Kota Agung
  7. Lahat
  8. Merapi
  9. Mulak Ulu
  10. Pajar Bulan
  11. Pasemah Air Keruh
  12. Pendopo
  13. Pulau Pinang
  14. Talang Padang
  15. Tanjung Sakti
  16. Ulu Musi
  17. jAKARTA (Bisnis.com): PT Bukit Asam (Persero), Tbk meyakini pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Banjarsari berkapasitas 2x100 megawatt di Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan yang selama ini tertunda, akan segera terealisasi. Pasalnya, PTBA bersama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai pembeli listrik (off taker) sudah menyepakati harga jual listrik (power purchase agreement/PPA) pembangkit yang diperkirakan membutuhkan investasi hampir US$200 juta. Sekretaris Perusahaan PTBA Achmad Sudarto mengungkapkan rencana pembangunan pembangkit listrik swasta (independent power producer/IPP) tersebut memang sempat terhambat akibat belum adanya kesepakatan harga beli listrik oleh PLN.

    “Produksi listrik pembangkit itu kan untuk masyarakat setempat, makanya harus dijual kepada PLN. Sekarang PPA-nya sudah disepakati, jadi bisa segera dibangun,” kata dia, baru-baru ini di Tanjung Enim.

    Hanya saja, dia enggan menyebutkan besaran harga jual kepada listrik yang disepakati bersama perusahaan listrik pelat merah itu. Dia menjelaskan pembangkit listrik berbahan batu bara itu akan dikerjakan oleh perusahaan konsorsium PT Bukit Pembangkit Inivative, yang terdiri dari PTBA, PT Pembangkit Jawa Bali, dan perusahaan swasta nasional PT Navigat Innovative Indonesia.
    Menurut dia, perusahaan konsorsium tersebut telah menyiapkan segala sesuatu terkait pembangunan, termasuk penyediaan lahan dan kesiapan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit, dan infrastruktur lainnya. PTBA, kata dia, akan memasok kebutuhan batu bara PLTU Banjarsari sekitar 1,5 juta ton per tahunnya.

    “Dulu itu kan hanya terkendala PPA-nya saja. Kalau tahun lalu PPA-nya disepakati, pasti sudah dibangun. Tetapi sekarang PPA sudah final, tinggal signing dan administrasi saja.”
    Terkait soal dana, Sudarto mengatakan perseroan itu telah menganggarkan sekitar 60% dana dari total estimasi investasi sekitar US$200 juta. Sementara sisanya 40% akan dipenuhi oleh PT Pembangkit Jawa Bali dan PT Navigat Innovative Indonesia.

    Direktur Utama PLN Dahlan Iskan membenarkan adanya kesepakatan harga jual listrik dari PLTU Lahat yang akan dibangun oleh PTBA tersebut. “Memang akhirnya kita sudah sepakat PPA-nya, tetapi saya tidak ingat berapa harga listriknya. Yang jelas mereka [PTBA] sudah bisa membangun,” tutur Dahlan. Untuk diketahui, pembangunan PLTU Banjarsari yang sudah direncanakan sejak 2006 itu terkendala karena tidak adanya kesepakatan harga beli listrik oleh PLN.(msb)
    Hak Cipta © 2010 Pemerintah Kabup